sebuah nama yang tidak asing bagi para pencinta musik Indonesia, terutama bagi mereka yang tumbuh di era 2000-an. Band ini lahir di Jakarta pada tahun 2006 dan sejak itu berkembang menjadi salah satu grup musik yang memiliki basis penggemar setia. Last Child mengusung genre pop punk dan alternative rock yang dipadukan dengan lirik-lirik emosional, menciptakan nuansa musik yang relatable bagi banyak pendengarnya.
Sejak awal kemunculannya, Last Child langsung menarik perhatian dengan lagu-lagu mereka yang memiliki lirik mendalam dan aransemen yang khas. Salah satu faktor utama yang membuat Last Child begitu dicintai adalah kejujuran dalam setiap lagu yang mereka ciptakan. Setiap lirik yang ditulis terasa seperti ungkapan hati yang dituangkan dalam musik, menjadikan lagu-lagu mereka sebagai teman terbaik bagi mereka yang tengah berjuang dengan perasaan dan kehidupan.
Formasi awal Last Child terdiri dari Virgoun sebagai vokalis dan gitaris, Dimas Rangga sebagai bassis, dan Yodi sebagai gitaris. Ketiga anggota ini membawa karakter yang kuat ke dalam musik Last Child, menciptakan keseimbangan antara suara vokal yang khas, permainan gitar yang emosional, serta aransemen yang dinamis. Namun, seiring berjalannya waktu, formasi mereka mengalami perubahan, tetapi semangat mereka dalam bermusik tetap sama.
Salah satu album yang berhasil melejitkan nama Last Child adalah “Our Biggest Thing Ever” yang dirilis pada tahun 2012. Album ini membawa beberapa lagu yang menjadi ikon bagi Last Child, seperti “Diary Depresiku,” “Pedih,” dan “Sekuat Hatimu.” Lagu-lagu ini tidak hanya memiliki nada yang mudah diingat, tetapi juga lirik yang mampu menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.
“Diary Depresiku” misalnya, menjadi lagu yang sangat personal bagi banyak orang. Liriknya yang menggambarkan perjuangan melawan kesedihan dan keputusasaan menjadikan lagu ini sebagai anthem bagi mereka yang sedang menghadapi masa-masa sulit. Begitu pula dengan “Pedih,” lagu yang menggambarkan perasaan kehilangan dan patah hati dengan begitu mendalam. Musik yang sederhana namun penuh makna membuat lagu ini abadi dalam ingatan banyak orang.
Salah satu faktor lain yang membuat Last Child begitu dicintai adalah kemampuan mereka dalam menciptakan lagu-lagu yang dapat menyentuh berbagai kalangan. Mereka tidak hanya membahas tentang cinta, tetapi juga tentang kehidupan, perjuangan, dan kehilangan. Ini membuat lagu-lagu mereka selalu relevan, tidak peduli kapan dan dalam situasi apa seseorang mendengarkannya.
Namun, perjalanan Last Child tidak selalu mulus. Seperti banyak band lainnya, mereka juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan anggota. Salah satu momen besar dalam perjalanan mereka adalah saat Virgoun memutuskan untuk bersolo karier. Meski begitu, Last Child tetap berusaha untuk eksis dan terus berkarya.
Virgoun sendiri, setelah keluar dari Last Child, melanjutkan kariernya sebagai penyanyi solo dan sukses dengan lagu-lagu seperti “Surat Cinta untuk Starla.” Meskipun demikian, banyak penggemar masih mengenang masa-masa kejayaan Last Child dan berharap mereka dapat kembali dengan formasi yang solid.
Hingga saat ini, Last Child masih memiliki tempat spesial di hati para penggemar setia mereka. Lagu-lagu mereka tetap diputar dan dinyanyikan oleh banyak orang, membuktikan bahwa musik yang mereka ciptakan memiliki daya tahan yang luar biasa. Tidak sedikit band baru yang terinspirasi oleh gaya musik dan kejujuran lirik mereka, menjadikan Last Child sebagai salah satu ikon musik pop punk Indonesia.
Musik memang memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dan membawa mereka melewati berbagai fase kehidupan. Last Child telah membuktikan bahwa dengan ketulusan dalam bermusik, sebuah band bisa meninggalkan jejak yang mendalam bagi para pendengarnya. Lagu-lagu mereka mungkin telah berusia lebih dari satu dekade, tetapi makna dan emosinya tetap terasa segar hingga kini.
Bagi mereka yang belum mengenal Last Child, mendengarkan lagu-lagu mereka bisa menjadi pengalaman yang menarik. Setiap lagu yang mereka ciptakan bukan hanya sekadar alunan nada, tetapi juga cerita dan emosi yang bisa dirasakan oleh siapa saja. Dan bagi mereka yang telah lama menjadi penggemar, Last Child tetap menjadi bagian dari perjalanan hidup yang tak tergantikan.