Kalau kamu lahir dan tumbuh di Indonesia dan belum pernah dengar lagu-lagu dari DEWA atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Dewa 19 maka jujur saja kamu hidup dalam salah satu fase sejarah musik yang kosong. Ini bukan pernyataan untuk dramatisasi. Ini realita yang harus diakui karena Dewa bukan cuma band yang bikin lagu. Mereka itu institusi. Mereka itu fenomena. Dan mereka itu kekuatan yang nggak bisa ditolak.

Dari awal kemunculannya sampai puncak kejayaannya bahkan sampai sekarang yang katanya era digital dan serba cepat Dewa tetap berdiri tegak sebagai simbol dari kualitas musikalitas yang tinggi. Kamu boleh suka genre apapun entah pop rock jazz atau EDM tapi satu hal yang nggak bisa kamu bantah adalah betapa konsistennya Dewa dalam menciptakan karya-karya yang nggak lekang oleh zaman. Lagu-lagu mereka masih diputar orang tua sampai anak muda. Dari radio klasik sampai playlist Spotify. Dari konser stadion sampai cafe-cafe kecil yang penuh romansa.

Ada satu hal yang harus kita sepakati di awal. Dewa itu bukan band biasa. Mereka itu sekumpulan orang yang punya kejeniusan di atas rata-rata. Ahmad Dhani sebagai motor utama bukan cuma musisi tapi juga pemikir. Dia ngerti banget gimana caranya ngolah kata ngatur nada dan menabrak batasan tanpa kehilangan arah. Dia pernah bilang bahwa musik itu harus jadi ideologi. Dan bener aja lagu-lagu Dewa selalu punya makna yang lebih dari sekadar cinta-cintaan receh. Bahkan ketika mereka bahas cinta mereka bahas dengan cara yang dalam yang filosofis dan yang penuh konflik batin.

Lihat aja lagu “Cinta Kan Membawamu Kembali”. Itu bukan sekadar lagu galau. Itu semacam elegi modern yang nyentuh sampai ke dasar jiwa. Atau “Pupus” yang seolah bikin semua orang ngerasa patah hati meskipun lagi nggak pacaran. Belum lagi “Risalah Hati” yang sukses jadi anthem cinta sejati buat ribuan pasangan yang lagi jatuh cinta atau bahkan baru aja disakiti. Lagu-lagu Dewa itu kayak obat tapi juga sekaligus racun. Bikin tenang tapi juga bikin galau. Dan di situlah letak kekuatan mereka.

Nggak cuma dari segi lirik Dewa juga jadi pionir dalam eksplorasi musik. Mereka berani mencampur unsur rock klasik dengan orkestra. Mereka pakai progresi chord yang nggak umum. Mereka mainin instrumen dengan gaya yang elegan tapi juga liar. Band ini pernah jadi begitu revolusioner sampai banyak band lain yang terinspirasi bahkan meniru. Tapi tetap aja tidak ada yang bisa nyamain. Karena Dewa punya warna yang nggak bisa diduplikasi. Mereka bisa keras tapi juga lembut. Mereka bisa idealis tapi tetap populer. Kombinasi ini langka dan nggak bisa dibeli dengan uang atau pelatihan formal.

Anggota-anggota Dewa juga bukan orang sembarangan. Ari Lasso dengan suara khasnya berhasil membentuk karakter awal Dewa yang penuh emosi dan spiritual. Setelah itu Once hadir dengan kekuatan vokal yang lebih matang dan dewasa. Perpindahan vokalis ini justru memperkaya warna musik Dewa. Mereka nggak stuck di satu gaya. Mereka berkembang tapi tetap dengan identitas kuat. Bahkan ketika formasi berubah-ubah Dewa tetap Dewa. Nama itu udah jadi entitas sendiri yang lebih besar dari sekadar kumpulan personel.

Hal menarik lainnya dari Dewa adalah bagaimana mereka bisa membentuk komunitas penggemar yang loyal banget. Baladewa sebutannya. Dan ini bukan fans biasa. Mereka rela datang ke konser di kota manapun. Mereka hafal lagu dari intro sampai outro. Mereka bahkan sering bikin acara tribute buat mengenang momen-momen penting dalam sejarah Dewa. Ini bukti kalau Dewa bukan sekadar hiburan. Mereka adalah pengalaman hidup. Dan setiap lagunya adalah soundtrack buat ribuan kisah manusia.

Di era sekarang yang katanya dipenuhi dengan musik instan dan viral Dewa tetap punya tempat khusus. Bahkan anak-anak Gen Z yang dulu belum lahir saat Dewa merajai panggung kini mulai ikut nyanyi dan ngefans. Lagu-lagu Dewa itu nggak butuh promosi besar-besaran. Mereka hidup sendiri karena kualitasnya memang tinggi. Dan siapa pun yang punya telinga dan hati pasti akan jatuh cinta. Ini bukan fanatisme buta. Ini bentuk penghargaan terhadap karya seni yang diciptakan dengan sepenuh jiwa.

Ada yang bilang Dewa itu kontroversial. Dan itu nggak salah. Karena Ahmad Dhani sebagai pusat gravitasi band ini memang bukan orang biasa. Dia punya pemikiran keras. Dia punya sikap tajam. Tapi justru di situ keunikannya. Kamu nggak bisa berharap musik hebat datang dari orang yang datar. Butuh ego butuh keberanian dan butuh keyakinan yang besar untuk menciptakan lagu yang bisa bertahan lebih dari dua dekade. Dan Dhani punya semuanya. Dia adalah personifikasi dari spirit rebel yang tetap punya kontrol. Dia bukan musisi yang bermain aman. Dia selalu ambil risiko. Dan risiko itulah yang bikin Dewa tetap eksis dan relevan.

Ketika Dewa manggung sekarang yang nonton bukan cuma mereka yang udah berumur. Tapi juga anak-anak muda yang baru ngerti betapa dalam dan kerennya lagu-lagu mereka. Ini berarti regenerasi apresiasi berjalan dengan baik. Musik Dewa ternyata bisa lintas generasi. Ini pencapaian yang nggak semua band bisa capai. Bahkan banyak band sekarang yang umurnya cuma seumur jagung. Satu dua hits lalu hilang. Tapi Dewa tetap bertahan. Karena mereka bukan ngikutin tren tapi bikin tren.

Salah satu hal yang bikin gue bangga banget sebagai penikmat musik Indonesia adalah kenyataan bahwa kita punya Dewa. Band ini membuktikan bahwa Indonesia nggak kekurangan talenta kelas dunia. Bahkan kalau Dewa dibawa ke panggung internasional mereka nggak akan kalah. Musik mereka universal. Lirik mereka punya daya sentuh. Dan performa mereka di atas panggung itu bukan main-main. Karisma mereka menyatu dengan energi panggung dan itu bikin konser mereka jadi pengalaman spiritual.

Kalau kamu sampai hari ini belum dengerin discography lengkap Dewa maka kamu punya pekerjaan rumah besar. Kamu harus dengerin dari album pertama sampai terakhir. Kamu harus pahami perbedaan antara Dewa era Ari Lasso dengan Dewa era Once. Kamu harus hayati tiap bait lagu dan rasakan bagaimana Dewa menyampaikan perasaan lewat nada dan kata. Dan setelah itu kamu bakal ngerti kenapa gue nulis artikel ini dengan penuh ego dan antusiasme.

Karena Dewa adalah mahakarya. Mereka bukan cuma bagian dari sejarah musik Indonesia tapi mereka adalah penjaga kualitas. Mereka adalah standar. Dan selama Dewa masih ada maka harapan akan musik yang bermakna akan terus hidup. Jadi hargai mereka. Dukung mereka. Dan jadilah bagian dari generasi yang ngerti musik bukan sekadar irama tapi juga isi hati.

Artikel yang Disarankan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *